Penulis : Hence Gaudentius Poli
UDARA sejuk Kota Tomohon pada pagi hari itu, 23 Mei 2025 terasa istimewa. Di kompleks Show Window, Kakaskasen Dua, Kota Tomohon, puluhan pasang mata menyaksikan Wali Kota Tomohon Caroll Senduk menyerahkan bantuan 50.000 stek benih bunga Krisan berakar kepada lima Kelompok Tani Bunga.
Secara simbolis, benih bunga ini diserahkan kepada lima Kelompok Tani Bunga. Namun, sebenarnya ada 33 Kelompok Tani Bunga yang dikembangkan untuk memproduksi bunga Krisan.
“Saya harapkan benih bunga Krisan ini dapat berproduksi dengan baik. Bantuan ini bertujuan untuk membantu para petani dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bunga,” ujar Wali Kota Caroll Senduk.

Momen penyerahan bantuan benih bunga dari Pemerintah Kota Tomohon sudah lama ditunggu-tunggu oleh para petani bunga. Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil penjualan dari bunga tersebut terbukti meningkatkan perekonomian keluarga mereka.
Bunga ini akan digunakan pada perhelatan Tomohon International Flower Festival (TIFF) yang akan berlangsung pada 8-12 Agustus 2025. Acara ini merupakan agenda internasional yang masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. ”Diharapkan benih bunga Krisan ini akan memproduksi sebanyak 393.000 hingga 400.000 batang bunga Krisan, yang akan digunakan pada TIFF 2025,” tambah Kepala Dinas Pertanian Kota Tomohon Karel Lala, yang mendampingi Walikota Caroll Senduk.
Bagi Ronny Polii, Ketua Kelompok Tani Bunga “Berkat Taniku” dan salah satu penerima bantuan benih bunga, ini bukan sekadar bantuan, tetapi sebuah janji dan komitmen petani bunga dan Pemerintah Kota Tomohon. Bantuan ini menjadi dorongan bagi Kelompok Tani Bunga untuk memenuhi target produksi hingga 400.000 batang bunga Krisan, yang menjadi denyut nadi TIFF 2025.
Sejatinya, ini bukan kali pertama Ronny menanam bunga untuk festival bunga terbesar di Indonesia tersebut. Pengalaman pahit di masa lalu membuat setiap benih terasa begitu berharga, dan juga begitu rapuh. Dia teringat bagaimana hasil panennya pernah hancur lebur dilumat oleh hama yang tak terduga. Cuaca Tomohon yang belakangan tak menentu, seolah kembali membangunkan ingatan buruk itu.
Di balik senyum optimisnya, terselip kekhawatiran. ”Kalau dua hama ini datang, hama Penting Thrips dan Karat Putih, habis sudah semua. Aku tahu persis bagaimana rasanya,” ujarnya mengisahkan.
Namun, ketika ilmu pengetahuan bertemu ketekunan, kegelisahan itu tidak bertahan lama. Ronny tahu, dia dan kelompok tani lainnya tidak berjuang sendirian. Berbekal pengalaman dan pengetahuan dari penyuluhan rutin Dinas Pertanian Kota Tomohon, bayang-bayang gagal panen perlahan sirna.
Ronny dan kelompoknya bergerak cepat. Benih-benih bunga itu segera dipindahkan ke dalam rumah kaca (green house), sebuah benteng pertahanan yang dirancang untuk mengendalikan suhu dan kelembapan. Ronny menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan disiplin.
Saat tanda-tanda hama mulai muncul, dia tidak panik. Segera diimplementasikan taktik yang telah dipelajari, yaitu pengaturan pencahayaan dari lampu rumah kaca. Strategi ini bukan hanya sekadar solusi cepat, melainkan cerminan dari kolaborasi antara ilmu pertanian modern dan kearifan lokal. Lampu-lampu itu menyala, mengusir hama dan memastikan setiap tunas Krisan dapat tumbuh maksimal. “Iya, kami sudah dibekali. SOP-nya sudah tahu bagaimana untuk menghentikan ganasnya hama,” ucap Ronny dengan optimis.
Setelah tiga bulan kerja keras dan perawatan ekstra, optimisme itu menjadi kenyataan. Di dalam rumah kaca, ribuan batang Krisan berdiri tegak, mekar dengan warna-warni cerah yang memanjakan mata. Setiap kelopaknya adalah bukti nyata dari sebuah perjuangan. Mereka berhasil memproduksi bunga Krisan sesuai harapan dari Pemerintah Kota Tomohon. “Kami puas dengan hasil yang kami dapat,” ungkap Ronny sambil tersenyum.
Kelompok Tani Bunga lainnya juga dapat memproduksi bunga Krisan dengan baik. Hal itu karena penyuluh dari Dinas Pertanian Kota Tomohon terus-menerus melakukan pendampingan, sehingga mereka mendapatkan hasil produksi yang maksimal. ”Kami yakin produksi bunga akan maksimal. Sebab Kelompok Tani Bunga di Kota Tomohon sudah berpengalaman,” tandas Kepala Dinas Pertanian Kota Tomohon Karel Lala.
Keberhasilan Kelompok Tani Bunga memproduksi Krisan secara maksimal juga membuat para petani sumringah, sebab keuntungan dari hasil penjualan bunga dapat mereka rasakan.
Selain mendapatkan benih bunga gratis, harga jualnya juga naik. Sebelumnya, mereka menjual bunga hanya di kisaran Rp3.000 hingga Rp3.500 per tangkai. Namun, pada festival bunga ini, petani bisa menjualnya hingga Rp4.000 per tangkai. ”TIFF memang selalu kami tunggu-tunggu setiap tahun. Sebab penjualan bunga kami naik dari biasanya, mencapai Rp4.000 per tangkai,” ujar Jenny Mogi, Ketua Kelompok Tani Krisan Indah.
Panen Berlimpah : Senyum Bahagia Petani Bunga
Satu minggu menjelang acara utama Tomohon International Flower Festival (TIFF), yaitu Tournament of Flowers (TOF) atau parade kendaraan hias yang digelar pada 9 Agustus 2025, suasana kelegaan menyelimuti para petani bunga di Tomohon.
Inilah momen yang dinanti-nantikan, panen raya, bukti nyata dari kerja keras mereka selama berbulan-bulan. Bersamaan, kabar baik datang dari data resmi Dinas Pertanian Kota Tomohon. Para Kelompok Tani Bunga berhasil memproduksi 427.650 tangkai bunga, melampaui target yang ditetapkan Pemerintah Kota Tomohon, yaitu 400.000 tangkai. Keberhasilan ini adalah perayaan bagi semua pihak, membuktikan bahwa dedikasi dan kolaborasi telah membuahkan hasil yang berlimpah.
Namun, keberhasilan ini sempat diiringi kekhawatiran. Kelebihan produksi bisa berarti ada bunga yang tidak terjual, dan itu adalah kerugian bagi para petani. Untungnya, kekhawatiran itu segera sirna.
Kepala Dinas Pertanian Tomohon, Karel Lala menjelaskan bahwa semua bunga yang dipanen akan terpakai habis. ”Sebanyak 300.000 tangkai digunakan untuk menghias float atau kendaraan hias, sementara 127.650 tangkai sisanya dimanfaatkan untuk dekorasi di sepanjang acara TIFF,” terangnya.

Para petani pun merasa lega dan bersyukur. Mereka tidak hanya berhasil melampaui target produksi, tetapi juga melihat seluruh hasil panen mereka terjual habis. “Terima kasih untuk Pemerintah Kota Tomohon, karena semua bunga yang kami panen terjual habis,” ujar David Serang, seorang anggota Kelompok Tani Bunga, mewakili rasa syukur dari teman-temannya.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata, bahwa sinergi antara pemerintah dan para petani bunga mampu menciptakan hasil yang luar biasa. Setiap tangkai bunga Krisan yang mekar bukan hanya memperindah festival, tetapi juga menjadi simbol harapan dan kerja keras yang berbuah manis bagi seluruh petani bunga.
Dari Bunga Menjadi Karya Seni Mahakarya
Pagi hari di hanggar, tempat pembuatan float (kendaraan hias) yang berlokasi di halaman depan Show Window, Kakaskasen Dua, Kota Tomohon, dipenuhi suasana yang tak biasa.
Ratusan ribu tangkai bunga Krisan, dengan bunga penunjang jenis Aster, Pikok, dan Anthurium telah tiba, menebarkan aroma wangi yang khas. Sebanyak 300.000 tangkai bunga Krisan yang dipanen dengan susah payah oleh para petani kini telah berlabuh, menunggu untuk diubah menjadi mahakarya bergerak.

Di hanggar ini, 60 dekorator terbaik Kota Tomohon telah siap, masing-masing dengan gunting, kawat, gergaji dan imajinasi yang melimpah, siap mengolah setiap kelopak bunga menjadi keajaiban visual.
Di tengah kesibukan yang mulai terasa, kabar gembira datang dari Panitia Pelaksana, yang disampaikan melalui Dinas Pariwisata Kota Tomohon bahwa ajang Tournament of Flowers tahun ini akan menampilkan 30 float, sama seperti tahun sebelumnya. Ini bukan sekadar angka, melainkan kepastian akan pekerjaan dan penghasilan bagi para pekerja seni yang telah menanti.
”Ini sangat membantu ekonomi keluarga. Kebetulan saya sangat butuh uang untuk keperluan keluarga,” ujar Indra Salam, seorang dekorator, matanya berbinar penuh harap.
Dia pun mengisahkan saat mulai menjadi dekorator sejak tahun 2010 silam, saat TIFF mulai digelar, dimana profesinya itu sangat membantu untuk menyekolahkan anak-anaknya. “Sejak itu ada pendapatan tetap dari profesi dekorator untuk menyekolahkan anak hingga menjadi sarjana,” ucapnya.
Ferdy Mandagi, dekorator lainnya, juga mengatakan hal serupa. Dia mengaku, profesi dekorator yang ditekuni telah menjadi penopang utama ekonomi keluarganya, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit. “Mencari uang sekarang rasanya semakin susah. Kami sangat berterima kasih pada Pemerintah Tomohon yang setiap tahun memberikan pekerjaan seperti ini,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Tomohon, Yudhistira Siwu menjelaskan bahwa ke-30 peserta TOF ini berasal dari berbagai latar belakang berbeda. Lima di antaranya adalah perwakilan internasional dari Amerika Serikat, Jepang, Turki, Albania, dan Filipina. Kehadiran mereka menunjukkan skala internasional festival ini.
Sementara 25 peserta lainnya adalah perwakilan dari kementerian, BUMN, dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia, termasuk Kementerian Pariwisata RI, Bank Indonesia, Bank BNI, Bank BRI, Bank BCA, Bank BSG, OJK hingga Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta dan Bali.
Dengan harga pengerjaan yang stabil Rp50.000.000 untuk float kecil dan Rp90.000.000 untuk float besar, proyek ini menjadi berkah finansial yang dinantikan para dekorator. Proses pengerjaan setiap float biasanya memakan waktu tiga sampai empat hari.
Di bawah bimbingan para dekorator, total 500 orang tenaga kerja terlibat dalam proses ini. Mereka terdiri dari 80 tukang, 300 flontir, dan 30 perangkai bunga yang bekerja tanpa lelah. Mereka menggunting, mengikat, dan menempelkan ribuan bunga dengan tangan-tangan terampil, mengubah kerangka besi dan kayu menjadi replika yang sangat megah, sesuai gambar yang disodorkan pemesan.
Kerja keras, kesabaran, dan ketelitian yang disandingkan dengan jiwa seni yang tinggi akhirnya membuahkan hasil. Pada 8 Agustus 2025, sehari sebelum parade, ke-30 float itu berhasil diselesaikan dengan sempurna. Kini, kendaraan-kendaraan hias yang megah itu telah siap berparade. Setiap kelopak bunga yang menempel adalah saksi bisu dari kerja keras, harapan, dan semangat yang telah mengubah festival menjadi lebih dari sekadar tontonan, tetapi juga pendorong ekonomi yang nyata bagi puluhan ribu keluarga di Tomohon.
Parade Memesona, Memanjakan Mata
Pagi itu, 9 Agustus 2025 Kota Tomohon seolah diselimuti aura keajaiban. Langit biru membentang cerah, menjadi saksi bisu bagi kemegahan Tournament of Flowers (TOF) 2025, yang merupakan acara utama dari Tomohon International Flower Festival (TIFF).
Di sepanjang jalan utama Kakaskasen, 30 kendaraan hias (float) berjejer rapi, siap memulai parade bunga akbar. Setiap float adalah karya seni berjalan, dihiasi ribuan tangkai bunga segar yang baru dipanen. Suasana semarak dan penuh kebanggaan terasa kental, tak hanya di antara peserta, tetapi juga di hati penonton yang memadati ruas jalan.
Tepat pukul 11.00 WITA, festival dimulai. Barisan kendaraan hias yang megah, flower carnival yang memesona, serta iringan drumben dan tarian adat Sulawesi Utara, bergerak berirama. Khusus kendaraan hias dan flower carnival, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, dilombakan.
Ratusan ribu pasang mata, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, rela berdesak-desakan demi mengabadikan momen langka ini.

Bagi mereka, ini bukan sekadar festival bunga, melainkan pengalaman tak terlupakan yang hanya bisa ditemukan di Kota Bunga Tomohon. ”Festival ini sangat menarik. Sudah lama kami ingin menonton langsung festival bunga ini. Akhirnya tahun ini kami bisa berlibur di Kota Tomohon,” ujar Frans, seorang wisatawan mancanegara dari Prancis, yang datang bersama keluarganya.
Antusiasme serupa juga datang dari Irvan Satriawan, seorang warga Jakarta yang berprofesi sebagai konten kreator. “Saya sudah lama merencanakan untuk datang ke Tomohon demi festival ini. Sebagai konten kreator, pemandangan ini sangat indah untuk diabadikan,” ucapnya, seraya mengarahkan kameranya.
Sementara dari panggung utama yang berlokasi di pusat Kota Tomohon, sejumlah pejabat negara dan duta besar turut menyaksikan kemeriahan Tournament of Flowers.
Tampak hadir Menteri Pariwisata RI Widiyanti Putri Wardhana, Gubernur Sulawesi Utara Yulius Selvanus, Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, Walikota Tomohon Caroll Senduk, dan tamu-tamu kehormatan lainnya.

Saat parade melintas, pujian pun langsung menggema dari panggung. Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya. “Saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat. TIFF kembali terpilih dalam Kharisma Event Nusantara untuk keempat kalinya berturut-turut,” puji Menteri Widiyanti.
Dia menjelaskan bahwa festival bunga ini merupakan perpaduan harmonis antara seni desain dan flora, dengan peserta yang datang dari berbagai kalangan, termasuk komunitas seni, instansi pemerintah dan swasta, serta negara-negara sahabat. “Berdasarkan data KEN 2024, TIFF mampu menarik lebih dari 300 ribu pengunjung dan menghasilkan perputaran ekonomi sebesar Rp92 miliar,” ungkapnya.
Angka ini, menurutnya, berdampak langsung pada pelaku UMKM, pengrajin, kuliner, transportasi, hingga akomodasi. Menteri Pariwisata pun berjanji akan terus memberikan dukungan penuh untuk festival semacam TIFF, baik melalui penguatan tata kelola maupun promosi internasional.
Sementara momen haru terjadi ketika float dari DKI Jakarta 1 melintas. Diiringi lagu “Si Doel Anak Sekolahan”, float yang dihias dengan motif ikonik mobil “Si Doel” itu memancing tepuk tangan meriah. Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, berdiri dengan bangga. “Parade bunga ini tidak hanya menjadi ajang menampilkan keindahan, tetapi juga momentum lahirnya kerja sama strategis antara Kota Tomohon dan Pemerintah DKI Jakarta,” ungkapnya.

Gubernur Sulawesi Utara Yulius Selvanus, menegaskan kembali peran Tomohon sebagai Kota Bunga dan ikon kebanggaan Indonesia. “TIFF adalah bukti kekuatan kolaborasi antara petani, pelaku pariwisata, dan pemerintah,” tegasnya.
Dia menambahkan bahwa penting untuk terus memperluas akses pasar dan teknologi guna mendorong pertumbuhan UMKM serta meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara.
Dalam laporannya, Wali Kota Tomohon Caroll Senduk menyebutkan bahwa TIFF 2025, yang merupakan penyelenggaraan ke-13, mengusung tema “United to be Great” (Bersatu untuk Menjadi Lebih Hebat). Tema ini, kata Wali Kota, mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman untuk terus berkarya. “Seluruh bunga yang digunakan berasal dari petani Tomohon, sementara para dekorator adalah putra-putri daerah, sehingga berdampak langsung pada perekonomian kota,” terangnya.
Dia pun mengajak semua pihak untuk terus menikmati keindahan Kota Tomohon dan parade bunga yang telah menjadi kebanggaan bersama.
Kehadiran Bank Indonesia Beri Nuansa Edukasi
Tomohon International Flower Festival (TIFF) tahun 2025 ini, kepanitiaannya melibatkan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sulawesi Utara. Kehadiran Bank Indonesia ini sebagai mitra strategis, yang membawa tema-tema ekonomi modern ke dalam sebuah perayaan budaya.
Kehadiran Bank Indonesia, sekaligus juga memberikan TIFF nuansa yang lebih dari sekadar pesta bunga. Rangkaian acara, mulai dari Nort Sulawesi Investment Forum, Eco Run, TIFF Expo, serta kegiatan puncak Tournament of Flowers (TOF) adalah bukti bahwa festival ini beranjak dari pameran budaya semata, menjadi platform yang mengintegrasikan pariwisata, investasi, dan literasi digital.

Pada Tournament of Flowers, mobil hias yang diusung oleh Bank Indonesia adalah mahakarya yang sarat akan pesan. Berbeda dari float lain yang hanya menampilkan keindahan, mobil Bank Indonesia memadukan estetika dengan edukasi.
Menurut Joko Supratikto, Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut, ini adalah wujud nyata komitmen Bank Sentral dalam mengedukasi masyarakat. “Seluruh elemen bunga yang digunakan berasal dari kekayaan dan keanekaragaman flora Sulawesi Utara di dalamnya Kota Tomohon, semakin menambah kemegahan dan warna dalam parade mobil hias internasional ini,” ucap Joko Supratikto.
Desain mobil Bank Indonesia ini terbagi menjadi dua narasi utama. Di bagian depan, sebuah Garuda Emas raksasa memeluk bola dunia. Ini melambangkan visi Indonesia Emas 2045 dan ambisi QRIS sebagai sistem pembayaran digital yang telah menembus batas negara. Ikon khas dari Singapura, Thailand, Malaysia, dan Jepang menghiasi bola dunia tersebut, menjadi penanda keberhasilan QRIS Cross Border yang memperkuat posisi Indonesia di kancah global.
Narasi kedua ada di bagian belakang mobil. Miniatur Taman Barito (Bawang, Rica, Tomat) menjadi simbol komitmen Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi, melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Taman ini secara visual mewakili Strategi 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif), sebuah inisiatif yang memastikan harga bahan pokok tetap stabil dan terjangkau bagi masyarakat.
Dengan cara ini, Bank Indonesia berhasil menyederhanakan isu-isu ekonomi kompleks menjadi sebuah visual yang mudah dipahami oleh ratusan ribu penonton.
Untuk menyempurnakan pesan, Bank Indonesia menghadirkan duta-duta bunga. Miss Indonesia asal Sulawesi Utara Tahun 2018, Putri Bitung 2024, dan Putri Kebudayaan Nusantara 2023, bersama para pegawai Bank Indonesia, tampil anggun dengan busana bunga. Kehadiran mereka di tengah parade tidak hanya menambah pesona, tetapi juga berfungsi sebagai duta edukasi.

Dengan senyum ramah, mereka menyapa penonton, menjadi jembatan antara Bank Sentral dan masyarakat. ”Kehadiran mereka tidak hanya menambah estetika, namun juga menjadi duta yang menyampaikan pesan penting dalam menjaga kestabilan harga dan inovasi pembayaran digital,” ujar Joko Supratikto.
Bagi Bank Indonesia, TIFF adalah lebih dari sekadar festival. Acara ini merupakan salah satu dari Karisma Event Nusantara (KEN) 2025, yang dianggap sebagai platform ideal untuk menunjukkan potensi budaya dan pariwisata Sulawesi Utara.
Melalui mobil hias ini, Bank Indonesia ingin menegaskan komitmennya untuk mendukung perekonomian daerah. ”Kami ingin menyampaikan pesan bahwa Bank Indonesia selalu berkomitmen untuk menjaga kestabilan harga dan mendorong transaksi digital untuk mendukung perekonomian Sulawesi Utara yang maju, sejahtera dan berkelanjutan,” papar Joko Supratikto.
Dengan kolaborasi ini, TIFF 2025 menjadi bukti nyata bahwa seni, budaya, dan ekonomi dapat berjalan beriringan, mengubah sebuah festival lokal menjadi panggung nasional yang menginspirasi, mengedukasi, dan membawa dampak nyata.
Festival Ditutup, Petani Bunga Berhasil Gerakkan Ekonomi Senilai Rp95 Miliar
Tirai Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2025 akhirnya ditutup di Gedung Olahraga Babe Palar Tomohon, 12 Agustus 2025.
Namun gema keberhasilannya masih terasa. Acara penutupan ini bukan sekadar seremoni perpisahan, melainkan momen untuk merefleksikan dampak signifikan dari kegiatan berskala internasional yang telah mengubah wajah perekonomian lokal.

Dari data yang diperoleh, TIFF 2025 tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga memutar roda perekonomian Kota Tomohon dengan angka yang fantastis. Sektor pariwisata dan pertanian berpadu, menciptakan perputaran uang yang melampaui ekspektasi.
Petani didukung dekorator merupakan jantung perekonomian TIFF, berperan sebagai lokomotif utama. Para petani bunga Tomohon membuktikan peran krusial mereka. Bunga yang mereka produksi, seolah menebar pesona sehingga terjadi perputaran uang yang sangat tinggi, berdampak langsung bagi warga Kota Tomohon.
Kepala Dinas Pertanian Kota Tomohon, Karel Lala melaporkan bahwa panen bunga para petani mencapai 427.650 tangkai. Dengan setiap tangkai terjual seharga Rp4.000, petani berhasil meraup pendapatan hingga Rp1.710.600.000.
Tak hanya petani, para dekorator yang mengubah ribuan tangkai bunga menjadi karya seni bergerak, juga menjadi pilar ekonomi yang kuat. Dengan rincian harga, 15 float ukuran kecil dibanderol Rp50.000.000 per unit, sementara 15 float ukuran besar dibanderol Rp90.000.000 per unit. Dari jasa dekorasi, total transaksi yang tercipta mencapai Rp2.100.000.000.
Dampak domino dari festival ini meluas ke berbagai sektor. Kepala Dinas Pariwisata Kota Tomohon, Yudhistira Siwu mengungkapkan bahwa perputaran uang tidak hanya berasal dari bunga dan dekorasi. Transaksi puluhan miliar juga tercipta dari sektor pendukung, seperti sewa kendaraan untuk float, kostum karnaval, kuliner, penginapan (hotel dan homestay), transportasi, suvenir, promosi, hingga sektor mikro lainnya.
”Total perputaran uang pada TIFF tahun 2025 ini mencapai Rp95.002.880.000, meningkat 3,26 persen dari TIFF tahun sebelumnya yang hanya dikisaran Rp92.000.000.000,” terang Yudhistira Siwu.
Angka ini menegaskan posisi TIFF sebagai salah satu pendorong ekonomi utama di Sulawesi Utara. Selain itu, festival ini juga berhasil menarik minat wisatawan secara signifikan. “Data yang berhasil kami himpun, kunjungan wisatawan di Tomohon dalam kegiatan ini mencapai 400.251 orang, mengalami peningkatan 33,36 persen dari TIFF tahun sebelumnya di kisaran 300.105 orang,” lanjut Yudhistira Siwu, menunjukkan bahwa reputasi festival ini terus meningkat.
Di puncak acara, panitia mengumumkan pemenang dari berbagai kategori lomba. Kemenangan ini bukan sekadar pengakuan, tetapi juga cerminan dari inovasi dan pesan yang dibawa oleh para peserta.
Kategori Float Besar
Juara 1, Bank Indonesia
Juara 2, DKI Jakarta 2
Juara 3, OJK
Dekorator Terbaik: Fedinan Mandagi
Kategori Float Kecil
Juara 1, Jepang
Juara 2, Minahasa
Juara 3, Albania
TIFF Expo:
Favorit
Juara 1, Bank Indonesia Sulut
Juara 2, PLN Suluttenggo
Juara 3, KiddyCuts
Terbaik
Juara 1, DKI Jakarta
Juara 2, Kutai Timur
Juara 3, Provinsi Jawa Timur
Khusus kemenangan ganda yang diraih Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara, menjadi sorotan publik. Mereka berhasil mempertahankan Juara 1 Mobil Hias Terbaik kategori Big Float dan Juara 1 Stand UMKM Favorit. Kemenangan di kategori Stand UMKM didorong oleh tingginya antusiasme masyarakat terhadap implementasi QRIS TAP yang diperkenalkan selama festival.
Menanggapi kemenangan ini, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Joko Supratikto, menegaskan bahwa partisipasi ini lebih dari sekadar perlombaan. “Partisipasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di TIFF 2025 menjadi bukti sinergitas antara bank sentral, pemerintah, dan mitra strategis dalam mendukung transformasi digital dan ketahanan ekonomi nasional menuju Indonesia Emas 2045,” terangnya, menggarisbawahi peran strategis festival ini dalam membangun masa depan yang lebih maju dan terdigitalisasi.
Dengan berakhirnya TIFF 2025, menandakan festival bunga ini telah melampaui ekspektasi. Bukan hanya sebuah perayaan bunga, tetapi sebuah platform ekonomi yang terbukti mampu memutar roda perekonomian Kota Tomohon, menarik ratusan ribu wisatawan, dan mendorong transformasi digital yang berkelanjutan. (***)