Ketika Daerah Lumbung Beras di Sulut Menjerit, BI Redahkan dengan Strategi KAD

0
214

“High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah se-Bolmong Raya dan Kotamobagu”

METROklik – Meroketnya harga beras di Indonesia, termasuk di Propinsi Sulawesi Utara (Sulut), ternyata turut merisaukan daerah penghasil beras utama di Sulut, yakni sejumlah kabupaten yang ada di Bolmong Raya.

Mereka turut merasakan dampak kenaikan beras tersebut. Salah satu penyebab yang ditemui di pasaran, ternyata beras yang beredar sebagian besar dari luar Propinsi Sulut.

Hal ini pun mencuat saat Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sulut menggelar High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Bolmong Raya dan Kota Kotamobagu, di Hotel Sutan Raja Kotamobagu, Kamis (07/03/2024).

Di luar dugaan, sejumlah kepala daerah se Bolmong Raya yang hadir dalam kegiatan ini melontarkan unek-unek, seolah menjerit atas kenaikan harga beras tersebut. Padahal daerah Bolmong Raya merupakan lumbung beras di Propinsi Sulut. Situasi HLM pun yang awalnya berlangsung dingin berubah menjadi hangat.

“Tidak bisa dipungkiri Bolmong Raya ini, kalau soal beras daerah kita ini surplus. Tetapi kenapa pada saat harga naik, beras kita juga naik?” sesal Bupati Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) Iskandar Kamaru, dengan nada tensi tinggi.

Di pasaran, ternyata banyak beredar beras dari luar Propinsi Sulut. Ini juga yang dipertanyakan oleh Bupati Bolsel. “Anehnya kami di Bolsel, beras yang paling banyak ialah beras dari Gorontalo dan Sulawesi Selatan, bukan beras dari Bolmong. Maka saya sangat setuju Kerjasama Antar Daerah (KAD) terkait beras,” tandasnya.

Kamaru pun berharap dengan adanya kesepakatan terkait revitalisasi pos cek poin di Bolsel dan Bolmut, kiranya bisa mengawasi juga terkait pergerakan beras dari daerah lain.

“Mudah-mudahan dua cek poin tersebut akan mengecek beras yang masuk darimana? Begitu juga dengan komoditas lain seperti tomat. Saya berharap ini bisa dioptimalkan sehingga persoalan harga bisa kita tekan,” harapnya.

Juga merasakan dampak kenaikan harga beras ini, yakni Kota Kotamobagu. Daerah yang berada di Bolmong Raya ini, oleh Pemerintah Daerah setempat setelah melakukan pengecekan beras yang beredar di pasaran, ternyata benar banyak dari luar Propinsi Sulut.

“Bolmong Raya merupakan produsen beras di Sulut, tetapi beras yang beredar di pasaran justru berasal dari luar Sulut,” akui Sekretaris Daerah Kotamobagu, Sofyan Mokoginta.

Pengamatan dari Pemerintah Daerah Kotamobagu ini, beras yang diproduksi daerahnya dan Bolmong Raya ternyata dipasarkan di luar daerah mereka dengan harga yang tinggi. “Berdasarkan pengamatan kami di lapangan, bahwa beras dari Kotamobagu maupun Bolmong Raya rata-rata dijual dengan harga tinggi ke Kota Manado,” bebernya.

Fenomena ini pun, Sofyan mengaku, sangat mempengaruhi ketersediaan dan keterjangkauan harga yang ada di pihaknya.

Tak jauh berbeda di Bolaang Mongondow Utara (Bolmut). Sekda Bolmut, Jusnan Mokoginta menyebut penyumbang PDRB terbesar Bolmut ialah dari sektor pertanian. Akan tetapi, beras menjadi salah satu komoditas yang ‘mengganggu’ pengendalian inflasi.

“Ini berulang kali terjadi sehingga Pemda langsung fokus pada kelemahan ini dan memperbaiki sektor ini. Salah satunya dengan menggenjot sektor produksi,” ucapnya.

Sementara Pj Bupati Bolmong, Limi Mokodompit menekankan terkait pentingnya pengawasan arus barang dan jasa yang masuk. “Karena kalau kita punya produksi tapi kita tidak mampu kendalikan arus barang dan jasa, maka akan mempengaruhi pengendalian inflasi,” terangnya.

Menanggapi peredaran beras ini dan pangan lainnya, yang kenaikannya mulai tak terkendali, BI Perwakilan Sulut membuat solusi Kerjasama Antar Daerah (KAD).

“Pengendalian harga beras ini bisa dilakukan lewat Kerjasama Antar Daerah. “Mungkin dengan adanya KAD, bisa tercapai solusinya,” beber Kepala Perwakilan BI Sulut, Andry Prasmuko.

Dia menjelaskan, dengan KAD ini setiap pemerintah daerah dapat mengontrol harga pangan tersebut. Dengan begitu juga, ketersediaan stok pangan akan selalu terjaga.

KAD yang nyata pun terwujud dalam HLM kali ini. Dimana dua pemasok komoditas beras dari Bolaang Mongondow menandatangani kesepakatan kerjasama dengan 1 pembeli dari Kota Tomohon.

Diketahui, harga beras di daerah Bolmong Raya, Propinsi Sulut, pada Kamis (07/03/2024) berada di kisaran Rp16.000 per kilogram. (hep)

IMG-20240617-WA0052

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here