METROklik – Buku berjudul Nasionalisme Dalam Seni dan Pemerintahan, a Tribute to Henk Ngantung, dibeda dan dilaunching bertepatan hari lahirnya Hendrik Hermanus Joel Ngantung 103 tahun silam, bertempat di Hotel Wise, Jumat (01/03/2024).
Buku setebal 110 halaman dan 5 bab ini, ditulis oleh Judie J Turambi SH, dibahas oleh dua tokoh, masing- masing Dr Richard AD Siwu MA STM PhD dan Akademisi/seniman Drs Arie Tulus MPd.
Turambi sang penulis menyebut, tujuan ditulisnya buku ini utamanya sebagai bentuk penghargaan kepada Henk Ngantung atas jasa-jasanya dalam bidang seni.
Selain itu, untuk menyegarkan kembali perjalanan seorang maestro seni rupa, seorang anak bangsa yang tidak hanya berhasil membangun estetika wajah Jakarta, tetapi juga berhasil membangun budaya warga ibu kota Jakarta sebagai cerminan karakter bangsa.
Serta untuk mendokumentasikan kembali dalam buku ini karya historis si ‘Toekang Gambar’ yang telah mengabadikan peristiwa penting perjuangan bangsa yang diperankan oleh tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan diantaranya; Presiden Soekarno, Wapres Mohammad Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX, Hj. Agus Salim, LN. Palar, Adnold Mononutu.
Dikatakan Turambi dalam memaparkan hasil karyanya, dimana Henk oleh kedua orang tuanya atau opa dan omanya, saban hari minggu pergi ke Gereja Basar kini Gereja Sion Tomohon dari Negeri Matani ke Negeri Paslaten (kini Paslaten Satu).
“Juga, ketika mau merantau di Jawa, ia terlebih dahulu berjualan lukisan- lukisannnya sampai di Calaca atau di Bendar Manado di tahun 1937. Henk dua kali melakukan pameran lukisan di Tomohon yakni pada tahun 1937 dan tahun 1953,” kisahnya.
Menariknya, sang penulis berhasil mengangkat sepenggal kisah cinta Henk Ngantung dengan Evie Mamesah istrinya. Dimana Henk sempat mengirimi 100 surat cinta untuk Evie, kemudian jadian lalu menikah (1962). Diketahui, Evie merupakan perempuan asal Tompaso Lama, Minahasa, memiliki nama lengkap, Hettie Eveline Mamesah.
“Dan semua tahu kalau Henk Ngantung pernah menjabat Wakil Gubernur DKI selama 4 tahun (1960-1964) lalu menjadi Gubernur DKI (1964-1965),” papar Turambi.
Karya seni Henk yang melegenda, lanjut dia, adalah sketsa Patung Selamat Datang, Sketsa Patung Pembebasan Irian Barat, Logo DKI dan Lambang Kostrad, serta Lukisan Memanah dan Gajah Mada.
Dalam kegiatan bedah buku ini, dikeluarkan 2 Rekomendasi yang diusulkan kepada Pemkot Tomohon
Pertama, nama jalan raya dari Kelurahan Matani – Tondano (batas Kasuang) dinamakan Jalan Raya Henk Ngantung
Kedua, diusulkan Pemkot Tomohon membangun monumen atau patung Henk Ngantung dan LN Palar. Serta
dibuatkan taman karena untuk mengingat jasa-jasa mereka yang telah mengharumkan nama Tomohon serta sebagai icon atau identitas Kota Tomohon (hep/*)