Pangdam Merdeka memberi penghormatan pada pasukan Permesta
METROklik – Permesta tak dapat dipisahkan dengan perjuangan dan perjalanan panjang Propinsi Sulawesi Utara (Sulut), lebih khusus rakyat Minahasa.
Dalam upaya penyelesaian pergolakan Permesta tercatat melalui 3 (tiga) bagian. Salah satunya penyelesaian yang dikenal dengan nama, Permesta Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi yang ditandai dengan penerimaan pasukan Permesta dari AE Kawilarang, DJ Somba dan lainnya oleh Pangdam Brigjen. Soenandar Pridjosoedarmo pada tanggal 4 April 1961 di lapangan antara Lopana – Malenos (sekarang Malenos Baru, Minahasa Selatan)
Adapun rangkaian perjalanan menuju 4 April 1961 berawal dari pertemuan informal antara Panglima Brawijaya, Kolonel Soerachman dengan FJ Tumbelaka (Broer) pada Oktober 1959 di kediaman Kolonel Soerachman, jalan Ijen Nomer 44, Malang – Jawa Timur.
Dari catatan ‘Laporan Penyelesaian Peristiwa Permesta’ dari FJ ‘ Broer’ Tumbelaka yang dibuat tanggal 8 April 1961, kurang lebih sebagai berikut:
– Pertengahan Oktober 1959. Pertemuan antara Kolonel Soerachman (Panglima Brawijaya) dengan FJ Tumbelaka (Broer) lahirlah rencana untuk memanggil pihak Permesta kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
– Beberapa hari kemudian rencana tersebut dibicarakan dengan Overste (sekarang Letnan Kolonel) Soetarto (Asisten I / Brawijaya) dan Overste Soenarjadi (Kepala Staf Brawijaya) yang menurut rencana akan mengganti Overste Moersjid sebagai Komandan Komando Operasional Merdeka
– 21 November 1959. Pembicaraan FJ Tumbelaka dengan Kolonel Soerachman, Overste Soetarto dan Overste Soenarjadi yang baru kembali dari Manado. Dalam pertemuan ini memberikan laporan tentang situasi didaerah Sulawesi Utara dan Tengah. Diputuskan FJ Tumbelaka bersama bahwa FJ Tumbelaka perlu berangkat ke Manado akan tetapi setelah timbang terima antara Overste Soenarjadi dan Overste Mursjid
– 5 Januari 1960. FJ. Tumbelaka berangkat ke Manado
– Setelah tiba di Manado diadakan pembicaraan dengan Overste Soenarjadi dan Asisten I, Kapten Aris M. Diputuskan FJ Tumbelaka akan mengadakan orientasi seperlunya untuk menetapkan rencana usaha selanjutnya.
– Setelah mengadakan orientasi secukupnya, maka dicari seorang kurir yang dapat menghubungi DJ Somba (salah satu Tokoh Utama Permesta). Dengan perantaraan Mayor Lalu dan Letnan Theo Lucas diperoleh seorang kurir yang bernama SH Ticoalu (Tjame)
– Pada 4 Feburuari 1960, kurir tersebut berangkat dari Manado dengan membawa sepucuk surat dari FJ Tumbelaka untuk disampaikan kepada DJ. Somba
– 26 Februari 1960. Tjame Ticoalu kembali dengan membawa surat balasan dari DJ Somba.
– 15 Maret 1960, jam 16:35 untuk pertama kalinya bertemu dengan DJ Somba di Matungkas (sekarang Minahasa Utara).
Kediaman keluarga Polii. Hasil-hasil pertemuan :
- Pihak Permesta bersedia mengadakan penyelesaian.
- Pertemuan berikut ditetaokan pada tanggal 1 Mei 1960 dimana DJ. Somba akan memanggil beberapa Komandan bawahannya.
Di dalam pertemuan ini disampaikan pula kepada DJ. Somba, bahwa meskipun diadakan usaha-usaha kearah penyelesaian, tetapi operasi-operasi militer dilancarkan terus.
- Setelah mengadakan hubungan dengan Kolonel Soerachman, pada tanggal 14 April 1960, FJ Tumbelaka melaporkan hasil² pertemuan di Matungkas kepada MKN / KASAD, Jenderal. AH. Nasution di Jakarta.
- Berhubung pengangkatan FJ Tumbelaka sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Utara Tengah (Sulutteng) pada tanggal 20 Mei 1960, maka pertemuan ke 2 dengan DJ. Somba tidak dapat diadakan pada waktunya. (pasca pertemuan Matungkas, lahir propinsi baru, Sulutteng sebagai pemekaran dari Propinsi Sulawesi).
- 31 Mei 1960. FJ Tumbelaka mengucapkan pidato radio (RRI) yang ditujukan kepada pihak Permesta.
- Pertengahan Juli 1960 Tjame Ticoalu berangkat lagi untuk menghubungi DJ. Somba.
- 9 Agustus 1960. Diadakan pertemuan ke 2 dengan DJ. Somba, Abe Mantiri dan Wiem Tenges di Popareng, Teluk Amurang (sekarang Minahasa Selatan). Pertemuan pada malam hari, FJ Tumbelaka datang melalui kapal yang berlabuh di lepas pantai dan dijemput oleh pihak Permesta dengan perahu.
Hasil pertemuan:
- Telah timbul pengertian lebih baik tentang perkembangan dalam negeri.
- Politik tidak dipersoalkan lagi.
- DJ. Somba meminta rencana penyaluran untuk anggota² Permesta.
- Hasil pertemuan Popareng dilaporkan kepada MKN/KASAD Je derah AH Nasution pada tanggal 11 dan 12 Agustus 1960 sewaktu beliau mengadakan inspeksi di Manado.
- 6 Oktober 1960. Diadakan rapat di Tretes, JawaTimur dihadiri oleh: Brigjend. Ahmad Yani, Kolonel. Soerachman, Kolonel. Soenandar Pridjosoedarmo (waktu itu masih Kepala Staf KOANDA – Kalimantan), Kolonel. Kartidjo, Overste. Dr Soemantri dari SUAD – I, Overste Soetarto dan FJ Tumbelaka. Didalam rapat tersebut ditetapkan garis-garis besar tentang penyaluran anggota Permesta.
- 9 Oktober 1960. FJ Tumbelaka dan Overste Soetarto berangkat ke Manado dengan sebuah pesawat bomber dari AURI.
- 13 Oktober 1960. Diadakan pertemuan ke 3 dengan DJ. Somba dan Abe Mantiri di Lahendong, Tomohon. Pada pertemuan ini FJ Tumbelaka menyampaikan “rencana penyaluran” untuk anggota-anggota Permesta. DJ. Somba meminta waktu untuk mempelajari rencana tersebut.
- 25 Oktober 2025. Hasil² pertemuan ke 3 dilaporkan kepada MKN/KASAD, Jenderal AH Nasution di Jakarta.
- 17 Desember 1960. Diadakan pertemuan ke- 4 dengan Abe Mantiri dan Arie Supit disekitar Malenos, Amurang. Dalam pertemuan ini pihak Permesta menyampaikan beberapa amandemen atas “rencana penyaluran” dan dibicarakan pula prosedur pelaksanaan penyelesaian sebagai berikut :
- Seruan MKN / KASAD.
- Penandatanganan pernyataan oleh pihak Permesta.
- Penghentian tembak-menembak dan permusuhan.
- Penentuan.
- Inspeksi MKN / KASAD.
- 27 dan 28 Desember 1960. Hasil pertemuan ke 4 dilaporkan kepada Ir. Djuanda, MKN / KASAD dan Brigjend. Ahmad Yani
- 12 Februari 1961. Diadakan pertemuan ke 5 FJ Tumbelaka dengan DJ. Somba, Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka disekitar Malenos. Didalam “rencana penyaluran” yang dalam garis besarnya disetujui, masih perlu diadakan penjelasan-penjelasan. DJ. Somba meminta waktu untuk menyampaikan keputusannya kepada Komandan² bawahannya.
- 27 Februari 1961. Diadakan pertemuan ke 6 FJ Tumbelaka dengan Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka dimana mereka menjelaskan tentang kesulitan dan kesukaran intern dan mengharapkan kesabaran, pengertian dan kebijaksanaan pihak Pemerintah.
- 20 Maret 1961. Diadakan pertemuan ke 7 FJ Tumbelaka dengan AE. Kawilarang, Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka di Maliku. AE. Kawilarang memerintahkan kepada Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka untuk menandatangani surat² yang dianggap perlu dalam penyelesaian ini, karena DJ. Somba belum kembali dari perjalanan ke Minahasa Selatan. Dalam pertemuan ini telah dibuat pula konsep Pernyataan Penyelesaian.
- 21 Maret 1961. Digereja Malenos, Pernyataan Penyelesaian tersebut di paraf oleh FJ Tumbelaka disatu pihak dan oleh Abe Mantiri dan Lendy Tumbelaka dilain pihak. Ditetapkan pula bahwa upacara penandatanganan Pernyataan Penyelesaian akan dilangsungkan pada 4 April 1961.
- 1 April 1961. Diadakan pertemuan ke 9 di Malenos untuk menetapkan Tata Upacara penandatanganan Pernyataan Penyelesaian. Hadir dalam pertemuan ini FJ Tumbelaka dan Kapten Aris M dari Kodam di satu pihak dan Lendy Tumbelaka dan Wim Tenges dilain pihak.
- 3 April 1960. Pertemuan terakhir (ke 10) di Ritei antara FJ. Tumbelaka dengan DJ. Somba, Abe Mantiri, Lendy Tumbelaka, dan Wim Tenges tetntang Upacara yang akan dilangsungkan pada tanggal 4 April 1961
- 4 April 1961. Upacara Pernyataan Penyelesaian peristiwa Permesta ditandatangani DJ. Somba. (Hadir Pangdam Brigjen Soenandar dan jajarannya dan DJ Somba dan jajarannya). Pangdam me erima defile pasukan Permesta
Setelah upacara 4 April 1961 di antara Malenos dan Lopana (sekarang Malenos Baru, Minahasa Selatan) dirangkaikan dengan Upacara di Woloan, Tomohon yang dihadiri Mayjend Hidayat dan Brigje d Ahmad Yani lalu Upacara di Papakelan Tondano yang dihadiri MKN/KASAD, Jenderal AH. Nasution.
Menurut catatan dari DJ. Somba ada sekitar 25.000 personil Permesta dengan sekitar 7000 pucuk senjata yang ikut penyelesaian 4 April 1961 atau Permesta Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi.
Dari berbagai sumber dan catatan FJ. Tumbelaka.
Dikutip dari : Basis Berita.com