METROklik – Ini hanya merupakan hasil penelitian dari para ilmuwan, dampak mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Bole dipercaya, bole juga tidak.
Indonesia memang jauh dari kawasan es Kutub Utara dan Kutub Selatan. Namun begitu, bukan berarti wilayah Indonesia akan terbebas dari dampak cairnya es tersebut. Termasuk Kota Manado terancam ‘tenggelam’.
Pasalnya, NASA telah meluncurkan sebuah peralatan internet yang memperkirakan kota-kota dunia akan terkena dampak dan mencairnya lapisan, seperti diungkapkan para peneliti.
Peningkatan Permukaan Air Laut:
Daerah Ketinggian
Banda Aceh 1,713 mm
Jakarta 1,713 mm.
Jawa Timur 1,766 mm
Makassar. 1,764 mm
Manado 1,780 mm
Jayapura 1,747 mm
Dengan peralatan itu, bisa terlihat bagaimana perkiraan air yang mencair dari es itu ‘terdistribusi’ secara global. “Peralatan itu memberikan, untuk setiap kota, gambaran tentang gunung es, lapisan es, maupun puncak es yang mana yang amat penting,” tutur para peneliti.
Jadi jangan menganggap bahwa karena Indonesia jauh dari kawasan gunung es, maka tidak akan terkena dampak dari mencairnya gunung maupun lapisan es di Kutub Utara atau Selatan, yang kemungkinan terjadi tahun 2030.
Soalnya, menurut para ilmuwan, perputaran Bumi dan efek gravitasi akan membuat air dari gunung maupun lapisan es akan menyebar ke seluruh dunia.
Manado, misalnya, berdasarkan perkiraan para ilmuwan maka akan terkena dampak dari peningkatan permukaan laut setinggi, 1,780 mm Selain Manado, empat kota dan satu kawasan lain yang masuk dalam peralatan internet yang dikembangkan oleh Laboratorium Propulsi Jet NASA di California (lihat grafis).
Laporan tentang prediksi peningkatan permukaan laut tersebut sudah diterbitkan di Science Advances. “Sejalan dengan kota-kota dan negara-negara yang berupaya membangun rencana untuk mengurangi banjir, mereka harus berpikir 100 tahun ke depan jika ingin mengkaji risikonya dengan cara yang sama dilakukan oleh perusahaan asuransi,” kata Dr Erik Ivins.
“Dan peralatan baru ini memberikan cara bagi mereka untuk melihat lapisan es yang seharusnya paling mereka khawatirkan,” sambungnya.
Dengan peralatan itu maka terlihat juga peningkatan permukaan air laut yang signifikan akibat dari perubahan di lapisan es di sebelah bagian barat laut Greenland.
Seorang ilmuwan lain, Dr Eric Larour, mengatakan ada tiga proses utama yang mempengaruhi ‘jejak permukaan laut’ atau istilah untuk pola perubahan permukaan laut di seluruh dunia.
Yang pertama adalah grafiti. “Hal itu (lapisan-lapisan es) ini adalah massa besar yang mengerahkan daya tarik ke laut,” kata Dr Larour. “Ketika es menyusut, daya tarik tersebut berkurang dan laut akan menjauh dari massa itu. Sejalan dengan daya ‘tarik-dorong’ itu, daratan di bahwa lapisan es yang mencair akan mengembang secara vertikal, karena sebelumnya ditekan oleh lapisan es yang berat.”
Faktor terakhir yang mempengaruhi adalah planet yang berputar. “Anda bisa memikirkan Bumi yang beputar. Nah, pada saat berputar, dia bergoyang dan pada saat massa di permukaan berubah, maka goyangannya juga berubah. Hal itu, pada gilirannya meredistribusi air di seluruh Bumi,” tuturnya.
Dengan memperkirakan semua faktor tersebut ke dalam kalkulasi, maka para peneliti mampu membangun sebuah peralatan prakiraan untuk kota-kota dunia tersebut. “Kami bisa menghitung kepekaan yang tepat -untuk kota tertentu- tentang permukaan laut untuk setiap massa es di dunia,” jelas Dr Larour kepada BBC. (gau)
Sumber :detikcom